Siap Jadi ‘Raja’ Baterai, RI Tak Cuma Gaet Lithium Australia

0

Pemerintah hingga kini terus berupaya mencari mineral kritis berupa Lithium untuk mendukung niatan Indonesia menjadi ‘raja’ baterai kendaraan listrik. Pasalnya saat ini, Indonesia belum mempunyai mineral Lithium sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tak menampik bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai potensi kandungan lithium. Namun demikian jumlahnya cukup kecil dan perlu dilakukan eksplorasi lanjutan.

Karena itu, penjajakan kerja sama dengan negara lain untuk pengadaan lithium bisa menjadi salah satu opsi yang dilakukan terlebih dahulu. Sembari Indonesia menemukan kandungan Lithium yang ada di dalam negeri.

“Kita bisa juga (kerja sama) dengan Australia, bisa juga dengan negara Afrika, kayak kemarin Tanzania datang, dia juga bilang punya sumber di sana. Afrika juga banyak sumber mineral,” kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (24/2/2023).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa Indonesia belum bisa menjadi raja baterai listrik dunia untuk saat ini. Pasalnya, Indonesia belum mempunyai Lithium yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Hal tersebut ia sampaikan saat bertemu dengan para pengusaha Lithium di Australia. Pertemuan tersebut dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth.

Menurut Luhut, meskipun Indonesia saat ini dianugerahi dengan kekayaan sumber daya nikel yang cukup besar, namun hal tersebut belum cukup menjadikan negara ini sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia.

“Ini belum mampu menjadikan kita sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena kita tidak punya Lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV,” ujar Luhut dikutip dalam akun instagram pribadinya, Senin (2/13/2023).

Ia menilai Australia merupakan kandidat terbaik dan partner potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan Industri baterai EV ke depan. Apalagi, setengah dari Lithium dunia berada di negeri Kangguru.

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa Lithium dunia, dengan mempertimbangkan beberapa kemudahan kebijakan yang akan pemerintah Indonesia berikan. Namun, tetap dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan.

“Saya juga membawa beberapa BUMN di sektor Sumber Daya Mineral untuk bertemu dan menjajaki langsung kerjasama dengan para pengusaha Lithium di Australia,” katanya.

Luhut menyadari bahwa cita-cita menjadi “raja” baterai kendaraan listrik dunia bukan perkara mudah. Maka dari itu, Indonesia perlu memiliki mitra kerjasama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik hingga investasi yang lebih terbuka.

“Sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja kedua negara demi mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *