UNDANGAN DIGITAL DI ERA DIGITALISASI

Saat merencanakan pesta pernikahan, kita seringkali berhadapan pada keharusan untuk menjaga keseimbangan pengeluaran. Bagaimana tidak, seakan sudah menjadi rahasia umum jika ada banyak biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan pernikahan. Salah satunya adalah biaya membuat dan mencetak undangan pernikahan. Undangan pernikahan memang salah satu hal yang penting dalam pesta pernikahan. Undangan adalah media memberi informasi dan juga penentu, apakah seseorang akan datang ke pesta pernikahan atau tidak.
Dahulu, desain undangan dibuat oleh para percetakan. Mereka membuat desain undangan dari undangan yang pernah mereka buat sebelumnya. Hal ini menjadikan ada banyak undangan pernikahan yang tampak sama, hanya berubah dari segi warna dan juga isi informasi undangan. untuk menghemat biaya cetak undangan konvensional maka perlu opsi yang lain yaitu dengan membuat undangan digital yang pastinya low budget dan ramah lingkungan. namun demikian undangan konvensional juga masih perlu di cetak mungkin hanya untuk segedar tamu undangan yang khusus
Saat ini banyak situs web yang menawarkan undangan digital dengan semakin banyak opsi penyesuaian dan fitur lain seperti di WUndangan.com yang dapat sangat membantu perencana acara.
Nah apa saja sih yang membuat undangan digital lebih diminati di era digitalisasi ini :
#1 Low budget
Kehadiran undangan digital telah menolong banyak calon pengantin dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menggelar resepsi pernikahan. Kenapa? Karena harganya murah, meriah.
Nih, saya kasih tahu. Di salah satu web penyedia jasa pembuatan undangan digital, harga satu undangan dibanderol dengan harga mulai dari 75 ribu. Kalau desainnya lebih njlimet dan ada banyak fitur yang ditampilkan, harga tentu berbeda. Harga paling mahal untuk satu undangan digital di web tersebut adalah 200 ribu.
Sekarang coba bandingkan dengan harga undangan konvensional. Kita ambil harga yang standar saja, 2000 rupiah per satu undangan. Jika jumlah tamu yang akan diundang ada 400 orang, maka calon pengantin harus menyiapkan dana sebesar 800 ribu. Wew. Selisihnya jauh banget, kan? Lumayan bisa dialokasikan untuk hal lainnya.
#2 Ramah lingkungan
Tak peduli seberapa bagus dan cantik undangan, nasib mereka akan berakhir di tempat sampah. Memangnya ada orang yang sudi menyimpan undangan? Buat apa? Investasi? Elon Musk tersenyum membaca ini. Artinya, undangan konvensional cuma nambah-nambahin jumlah sampah di dunia. Beda dengan undangan digital. Dia cuma jadi sampah… di ruang penyimpanan HP-mu.
#3 Bebas berkreasi
Ketika kita menggunakan undangan konvensional, kreativitas kita dibatasi oleh desain blangko kosong undangan yang paling gitu-gitu aja. Mentok cuma bisa kasih foto calon pengantin sebagai tambahan nilai estetik. Beda dengan undangan digital. Mau desain gaya apa aja, bisa. Disisipkan lagu? Dikasih link dompet digital? Video love story calon pengantin? Ah, kecil itu. Bisa banget.
#4 Praktis
Kalau tamu yang akan diundang di pernikahan hanya tetangga kiri kanan, urusan sebar-sebar undangan tentu nggak akan jadi persoalan. Ndilalah, yang jadi tamu undangan itu heterogen dan mereka nggak tinggal dalam satu atap. Dengan kata lain, harus mendaki gunung melewati lembah dulu supaya semua undangan itu bisa terdistribusikan. Ribet apa ribet? Nah, kalau pakai undangan digital, jarak hanyalah soal angka yang bisa dilipat. Praktis.
#5 Cepat
Bayangkan seandainya yayangmu tiba-tiba ngajak nikah. Nggak mau minggu depan, apalagi tahun depan. Maunya besok. Titik. Apa iya bisa mencetak sekian ratus undangan konvensional dalam hitungan jam? Kalaupun mampu, distribusinya bagaimana? Masa mau pakai ekspedisi JnT yang same day?
Tapi, dengan menggunakan undangan digital, diajak yayang ijab kabul besok pun nggak masalah. Lha, wong proses pembuatannya paling cuma itungan jam, kok. Habis itu tinggal kirim, kirim, kirim. Beres. Paling jempol doang yang butuh dipijet.
Lantas, bagaimana dengan ketiadaan unsur ketulusan dalam undangan digital yang sering dikeluhkan Soal itu, mari kita pahami bahwa zaman telah berubah. Haruskah kita mengukur ketulusan orang lain hanya dari seperti apa bentuk undangan yang mereka kirim? Bagaimana jika beberapa tahun kemudian, seiring perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup, undangan digital ini jadi sama biasanya seperti undangan cetak? Apakah itu berarti ketulusan juga ikut lenyap seiring makin jarangnya orang pakai undangan cetak?